Kamis, 31 Maret 2016

Seminar Nasional UIN Bandung

       Hari ini, kamis tanggal 31 Maret 2016, UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Gunung Djati Bandung, melaksanakan Seminar Nasional, sebagai rangkaian acara pada Dies Natalis UIN Sunan Gunung Djati Bandung ke- 48. Dengan tema, "Inovasi dan Sinergi Institusi Pendidikan Tinggi dalam Menghadapi Tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)"

       Narasumber pada acara ini ada empat orang. Narasumber tersebut tidak hanya dari UIN Bandung, tetapi ada juga dari 3 Perguruan Tinggi yang lain. Yaitu dari Unpad, UPI, dan ITB. Para narasumber ini merupakan rektor dari ke empat Perguruan Tinggi tersebut. 

       Para narasumber tersebut, diantaranya yaitu Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si --rektor UIN Bandung, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi --rektor ITB, Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad --rektor Unpad, Prof. H. Furqon, Ph.D --rektor UPI.

       Setiap narasumber menyampaikan materi yang luar biasa. Serta langkah-langkah yang mereka ambil untuk mewujudkan cita-cita Perguruan Tinggi yang mereka asuh. Dan menurut Prof. Mahmud --rektor UIN, semua yang disampaikan oleh para narasumber memiliki nilai religius.

        Semoga, dengan adanya pertemuan para rektor dari 4 Perguruan Tinggi ini, bisa membawa perubahan bagi UIN Bandung. Serta menjadikan civitas akademika 4 Perguruan Tinggi ini siap menghadapi MEA.

UIN Bandung, 31 Maret 2016



Selasa, 29 Maret 2016

Hikmah di Balik Kata Putus

       Pacaran, apa sih pacaran itu? Setiap orang berbeda pandangan mengenai pacaran, tergantung pemahaman mereka. Ada yang berpendapat bahwa pacaran itu harus, tapi ada juga yang berpendapat bahwa pacaran itu harus dijauhi.

       Jika berbicara tentang pacaran menurut pandangan islam, maka tidak ada yang namanya pacaran. Kenapa? Banyak sekali dampak negatif yang disebabkan oleh pacaran. Dan faktanya telah terlihat di sekeliling kita. Na'udzubillah.

       Lalu, bagaimana pandangan mereka yang menjalin pacaran? Bermacam-macam pandangan. Ada yang mengatakan bahwa pacaran itu menyenangkan, menambah semangat, dan masih banyak lagi. Sampai ada juga yang pacaran karena mengikuti hawa nafsu. Na'udzubillah. 

       Biasanya, orang akan melakukan apa saja yang diinginkan oleh pacarnya, meski berbahaya. Mereka rela membohongi orang tua, demi pacarnya. Dan masih banyak lagi.

       Itu adalah sebagian besar yang mereka lakukan, meski tidak semuanya seperti itu, tapi masih banyak juga. Itulah saat-saat yang dilakukan saat pacaran.

       Tapi, ketika putus apa yang terjadi? Banyak sekali, ada yang sulit move-on, sedih berbulan-bulan, mencoba bunuh diri. Dan masih banyak lagi. Yang bisa menerima itu hanya sedikit dari sekian banyak.

       Tapi, jika kita pikirkan dampak positif dari kata putus itu, tentu ada banyak hikmah dari kata putus tersebut. Apa saja hikmahnya itu? Inilah beberapa hikmah dari kata putus tersebut. 
1) Lebih punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal positif
2) Terhindar dari hal-hal yang akan merugikan hidup kita
3) Selalu introspeksi diri
4) Lebih banyak ibadah
Dan sebagainya.

       Jadi, jangan putus asa jika pacar mengatakan putus. Tapi syukuri sepenuh hati. Itu artinya Tuhan masih sayang, karena menunjukkan bahwa dia bukanlah yang terbaik. Dan agar kita bisa berubah menjadi lebih baik.

       Putus pacaran, bukanlah putus segalanya.


Di bawah langit gelap, 29 Maret 2016

*Ashima


Menerobos Hujan demi Mengaji

       Santri adalah sekumpulan orang-orang yang mendalami ilmu agama, dan bertempat tinggal di pesantren. Santri memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan, baik secara individu maupun kelompok. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh santri secara individu adalah mengaji.

       Mengaji merupakan salah satu kegiatan yang ada di pesantren, dan wajib diikuti oleh setiap santri. Mengaji di sini tidak hanya mengaji Al-Qur'an, tetapi juga mengaji kitab. Di pesantren salaf, kitabnya masih banyak menggunakan kitab kuning atau klasik. Berbeda dengan di pesantren modern, tidak hanya kitab klasik, tetapi banyak juga kitab kontemporer.

       Seperti salah satu pesantren yang ada di Bandung, yang disebut dengan pesantren mahasiswa. Yaitu pesantren Al-Ihsan, yang terletak di Cibiru Hilir Bandung. Ratusan santri menuntut ilmu di Al-Ihsan, dan semua santrinya adalah mahasiswa yang mayoritas kuliah di UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Gunung Djati Bandung.

       Hari ini, tepatnya hari selasa tanggal 29 maret 2016, sejak sore hujan deras. Sampai maghrib pun, hujan tak kunjung reda. Sedangkan santri kelas 3 harus mengaji di Pesantren Al-Wafa. Bingung harus bagaimana. Dan akhirnya, jalan satu-satunya adalah menerobos hujan. Walau dingin, tetap jalan.

      Dan sampailah di tempat mengaji. Meski harus menunggu, tapi para santri tetap sabar. Hingga ustadz pun datang dan mengaji pun dimulai. Mengaji dilaksanakan selama satu jam, tapi hujan masih belum reda. Sampai pengajian ditutup, hujan masih deras. Dan akhirnya, harus menerobos hujan lagi untuk sampai ke asrama.

       Dingin menembus tulang, pakaian basah, kaki terus terpelesat karena jalan licin dan banyak genangan air. Meski begitu, semangat tidak surut sedikit pun. Semoga perjuangannya membawa berkah.

Bandung, 29 Maret 2016

*Ashima


Minggu, 27 Maret 2016

Sesal

       Hari demi hari ku jalani seperti biasa, tidak ada bedanya. Bahkan, mungkin menurut sebagian orang sangat menjenuhkan. Tapi bagiku, inilah hidupku. Tanpa menghambur-hamburkan uang, tanpa capek-capek jalan-jalan, dan tanpa mengeluarkan uang untuk hal lain yang tidak berguna. Aku lebih suka diam, dengan ditemani berbagai buku yang mengantri menunggu giliran untuk dibaca. Aku senang dengan sesuatu yang bisa digunakan sebagai media untuk menulis.

       Kemarin, aku pergi ke perpustakan daerah di kota Bandung bersama teman satu kamar --di asrama. Dzuhur baru pulang. Aku merasa lelah, kepalaku sakit, dan mata pun sudah tidak bisa diajak kompromi. Dan akhirnya, sampai malam pun lelah itu belum berakhir. Dan lelah itu menyebabkan sebuah rasa malas. Rasa yang paling aku takuti.

       Sekarang aku menyesal. Aku merasa bersalah pada diriku, karena kemarin aku tidak menulis satu kata pun. Aku menyesal tidak mengeluarkan ideku, padahal banyak sekali yang ingin aku tulis. Kenapa? Kenapa lelah itu menjadi malas? Kenapa malas selalu datang saat lelah?

       Sampai sekarang, masih ada ganjalan dalam hati. Masih belum bisa menerima keadaan itu. Keadaan yang seharusnya terjadi. Namun apalah dayaku, aku belum bisa melawan rasa lelah dan malas itu. Aku belum bisa mencegah mereka untuk tidak menguasai diriku.

       Mudah-mudahan, sekarang dan seterusnya, aku bisa bertahan dan melawan rasa lelah dan malas. Agar apa yang seharusnya aku lakukan, bisa aku lakukan.

Bandung, 27 Maret 2016
*Ashima


Jumat, 25 Maret 2016

Hikmah di Balik Batal Pulang

 

  Libur, itulah yang ditunggu semua orang. Tidak hanya mahasiswa, tetapi dosen, siswa, karyawan, dan siapapun yang bekerja atau belajar pasti menunggunya. Yang merantau biasanya pulang kampung, atau jalan-jalan, dan sebagainya. Meskipun tak sedikit juga yang diam di rumah, kosan atau asrama.

       Lalu, bagaimana ketika ingin pulang dan sudah direncanakan, tapi pulangnya batal?

       Itulah yang saya alami saat ini. Beberapa hari yang lalu, saya berencana untuk pulang hari rabu, karena kuliahnya hanya sampai pukul 08.25 WIB. Tapi ternyata, pukul 08.50 WIB ada kuliah lagi, yaitu pengganti hari senin saat mata kuliah tersebut tidak masuk. Selain itu, ada rencana liputan --tugas kelompok.

       Tapi ternyata, ditunggu sampai lebih dari setengah sepuluh, dosen tidak datang juga. Dan liputan pun tidak jadi. Ya ampun, kesal sekali. Akhirnya terpaksa pulangnya batal, karena sudah terlalu siang. Jika dipaksakan untuk pulang, sampainya pasti malam.

       Awalnya aku kesal dan kecewa, karena tidak akan ada waktu lagi untuk pulang. Tapi, aku berpikir kembali, dan merenung. Pasti ada rencana lain di balik batalnya pulang ini. Dan ternyata,  besoknya --kamis-- kuliah tidak libur. Mungkin itu adalah salah satu hikmah aku batal pulang, agar masuk kuliah. Dan selain itu, agar bisa membantu teman jualan. Serta bisa mengurangi pengeluaran uang, karena jika pulang bolak-balik saja hampir dua ratus ribu rupiah. Namun, dengan batalnya pulang, uang tersebut bisa terselamatkan.

       Mungkin begitu. Itu hanya perkiraan diri sendiri saja. Untuk mengobati kekesalan dan kekecewaan.

Bandung, 25 Maret 2016

#Ashima

Kamis, 24 Maret 2016

Ketika Keinginan Tidak Ditanggapi


       Dalam tulisan saya yang kemarin, saya menyatakan bahwa salah satu yang ditunggu mahasiswa di tengah semester adalah tanggal merah -libur. Dan mahasiswa selalu menginginkan untuk tambahan hari libur. Namun, bagaimana jika keinginan libur mahasiswa ini tidak ditanggapi oleh dosen? Apa yang akan terjadi?

       Kita lihat foto di atas. Itu adalah foto salah satu kelas pada salah satu jurusan di UIN Bandung, yang diambil pada hari kamis siang tadi. Bagaimana tanggapannya tentang foto di atas?

       Sepi? Benar. Suasananya sangat sepi, karena banyak mahasiswa yang tidak hadir. Mereka tidak hadir karena pulang dan meliburkan diri. Sehingga yang hadir tidak lebih dari setengahnya.

       Namun, walaupun kelas sepi dan beberapa mahasiswa belajar hanya dengan setengah hati, kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan seperti biasanya.

Pemeriksaan Motor di UIN Bandung


       Kamis (24/3) sore tadi, satpam kampus yang dikomandoi oleh seorang polisi melakukan pemeriksaan motor di UIN Bandung. Hal ini menyebabkan kekacauan dan macet yang lumayan panjang. Banyak mahasiswa panik, karena takut. Tapi mereka tetap melanjutkan perjalanan keluar kampus, meskipun ada pemeriksaan.

       Menurut salah seorang mahasiswa jurusan Tafsir Hadits, pemeriksaan ini dilakukan mungkin karena kejadian pencurian motor beberapa hari yang lalu di sebuah tempat kost di jalan Manisi, Cibiru Bandung.

      Namun, salah seorang satpam mengatakan bahwa pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang rutin dilaksanakan. Sebab, banyak mahasiswa yang tidak mau menerima karcis saat masuk ke kampus. Padahal, karcis itu merupakan bukti keluar-masuk mereka ke kampus. Dan karcis ini tidak dipungut biaya. Ketika ada yang memberi mereka bersyukur, jika tidak maka mereka ikhlas.

       Selain itu, penyebab dilakukannya pemeriksaan adalah karena kemarin telah terjadi pencurian motor di dalam kampus. Sehingga, pemeriksaan ini diharapkan bisa menemukan pencuri tersebut, serta bisa mencegah terjadi kembali pencurian di dalam kampus.

      Yang pertama diminta pada pemeriksaan ini adalah karcis. Dan yang memiliki karcis, dibiarkan lewat. Namun, jika tidak ada karcis maka diminta untuk memperlihatkan STNK dan mencocokkan nomor polisinya.

       Namun, ternyata masih banyak mahasiswa yang tidak membawa STNK. Pada pukul setengah lima sore, satpam mengatakan bahwa mahasiswa yang tidak membawa STNK yang telah tercatat di pos satpam lebih dari 20 orang. Dengan berbagai alasan, seperti ketinggalan, hilang, dan sebagainya.

       Dilakukannya pemeriksaan ini menimbulkan respon yang berbeda-beda dari para mahasiswa. Ada yang tidak suka bahkan kesal dengan adanya pemeriksaan ini, karena menimbulkan kemacetan serta menghambat jalan. Namun, ada juga yang bersyukur dengan adanya pemeriksaan ini. Bahkan mendo'akan agar pemeriksaan ini dilakukan berkelanjutan dan konsisten.

       Semoga saja, dengan adanya pemeriksaan ini, tidak ada lagi kejadian pencurian di kampus UIN Bandung.

Bandung, 24 Maret 2016

#Ashima

       

Rabu, 23 Maret 2016

Malam Hujan di UIN Bandung

       UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Gunung Djati Bandung merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang berbasis agama di Bandung Jawa Barat. Dengan beberapa Fakultas serta Jurusan yang beberapa di antaranya telah mendapatkan akreditasi A, yang bisa mengangkat nama UIN lebih tinggi. 

       UIN tidak pernah sepi, dan tidak luput dari orang-orang yang beraktifitas. Baik aktifitas akademik, maupun aktifitas organisasi. Sejak pukul setengah enam, gerbang UIN -gerbang depan dan belakang- sudah dibuka karena ada satu Fakultas yang waktu kuliahnya dimulai pada pukul enam pagi. Dan pada malam hari, aktifitas apapun diberhentikan sekitar pukul sebelas, setelah itu maka dilarang beraktifitas di dalam kampus.

       Lalu, bagaimana jika keadaan kampus yang sedang hujan?

       Pada hari ini, tepatnya hari rabu tanggal 23 maret, Bandung -khususnya UIN- diguyur hujan sejak sore hingga malam.

       Di UIN sendiri, terlihat sangat sepi. Karena hujan yang mengguyur tidak henti-hentinya, maka hanya beberapa kelompok mahasiswa yang melaksanakan aktifitas atau diskusi di kampus. Kampus juga terlihat gelap, karena kurang maksimalnya penerangan di sekitar kampus. Jika ada orang yang baru pertama kali mengunjungi kampus ini, mungkin akan menimbulkan keaan horor.

       Namun, walaupun sepi. Tapi masih ada beberapa kelompok mahasiswa yang betah berada dan berdiskusi di sana. Karena bagi sebagian mahasiswa, kampus merupakan tempat yang nyaman untuk melakukan diskusi dan sebagainya.

Bandung, 23 Maret 2016
       

Gagal Pulang

Dunia perkuliahan itu, adalah Dunia yang penuh suka dan duka. Semua mahasiswa pasti merasakan itu. 

Namun, apa yang ditunggu oleh mahasiswa saat tengah semester? 

Libur. Yaaa bisa jadi libur adalah salah satu yang ditunggu di tengah semester. Kenapa? Karena mahasiswa butuh istirahat dari sekian banyak aktifitas serta segudang tugas yang diberikan dosen tanpa ampun.

Biasanya, jika tanggal merahnya satu hari, maka akan ditambah dengan hari-hari yang lain. Bisa hari sebelumnya dan sesudahnya. Mereka menyebutnya harpitnas -hari kejepit nasional.

Lalu, apa yang dilakukan mahasiswa saat libur di tengah semester? Banyak, ada yang pulang kampung, jalan-jalan, liburan, bahkan ada juga yang hanya diam di kos atau asrama.

Dan bagaimana denganku? Yaaah kelasku libur selama 4 hari -bukan libur sesungguhnya. Dan aku berniat ingin pulang dulu, ingin istirahat serta rindu pada para pahlawanku -ibu dan ayah. Semuanya sudah direncanakan, dimulai dari waktu dan sebagainya.

Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata banyak hal yang menyebabkanku pada hari ini -rabu 23 maret- pulang siang dari kampus, itu artinya aku tidak bisa pulang. Sebenarnya bisa saja jika memaksakan, namun sampainya pasti malam, dan ibu tidak menginginkan hal itu.

Gagal deh pulangnya. Dan harus menunggu sampai bulan mei. Semoga tidak ada halangan lagi.

Bandung, 23 Maret 2016




Senin, 21 Maret 2016

Ta'aruf

       Hidup, bukan hanya sekedar bernafas. Tetapi, masih banyak hal lain yang harus dilakukan. Ada yang bilang "Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan karya". Lalu, bagaimana caranya untuk berkarya? Banyak cara untuk berkarya. Salah satunya adalah dengan menulis. Menulis apapun yang ingin kita tulis, tanpa terbatas.

       Agar kita lebih kenal, maka aku akan mengenalkan diri. Karena ada yang bilang "Tak kenal maka ta'aruf". Baiklah, kita mulai saja perkenalannya.

        Namaku, kamu panggil saja aku Ashima. Yaaaah Ashima, tidak usah yang lain. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Aku terlahir pada tanggal 04 Mei 1995 dari sepasang suami-isteri yang luar biasa -seengganya itulah menurutku. Cita-citaku sekarang ingin menjadi seorang author dan editor. Apa mungkin? Mungkin saja, karena di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendaki.

       Tujuanku membuat blog ini tidak lain adalah agar aku lebih semangat lagi dalam menulis. Dan tetap istiqomah. Menulis, menulis, dan menulis. Mari menulis, mari berkarya.

Bandung, 22 Maret 2016