Sabtu, 14 Mei 2016

Waktu yang Berlalu

     Sedetik, dua detik. Semenit, dua menit. Sejam, dua jam. Waktu terus berjalan. Sehari, dua hari. Waktu terus berlalu. Seminggu, bahkan dua minggu tidak terasa. Ya, sekarang sudah dua minggu di bulan Mei. Dan apa yang terjadi? Sudah dua minggu aku tidak update --posting tulisan. Kenapa? Ah, jangan tanya kenapa, pasti sudah tahu jawabannya. Lelah, yang akhirnya menjadi malas. Padahal seharusnya itu tidak terjadi.

     Menyesal? Tentu saja. Kesal? Pasti. Padahal, beberapa hari dari dua minggu itu ada cerita. Tentu saja cerita yang tidak biasa, karena berbeda dari hari-hari biasanya. Baiklah, aku akan ceritakan singkatnya, untuk mengobati penyesalanku karena tidak menulis selama dua minggu.

02 Mei 2015
     Aku mendapatkan sebuah hadiah dari seorang teman --ingat, hanya teman. Dia memberikan pada tanggal tersebut karena takut dianya keburu pulang, jika menunggu tanggal 4 Mei. Baiklah tidak apa-apa, dan aku tidak membuka kadonya sebelum tanggal 4. Aku bisa menebak kado tersebut adalah sebuah buku.

04 Mei 2016
     Aku ulang tahun, dan itu merupakan ulang tahunku yang ke-21. Ya, aku sudah 21 tahun hidup di dunia ini. Sebenarnya aku berharap pada ulang tahunku yang ke-21 ini, akan ada hal yang berbeda. Tapi apa yang terjadi? Sama saja seperti 20 tahun aku ulang tahun. 

     Pada malam sebelum tanggal 4, ada mantan aku --AM-- yang nelpon. Dan telponan sampai larut. Dan pada pukul 00.07 dia nelpon lagi, mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi alu tidak terlalu merespon, karena rasa kantuk sangat menguasai.

     Lalu, paginya setelah selesai kuliah, aku berangkat pulang bersama seorang teman. Dan sampai ke rumah kira-kira pukul 17.00. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Setelah mandi dan shalat, aku diajak ibu untuk ke rumah nenek. Dan apa yang terjadi? Ya Allah, nenek terbaring lemas di atas kasur, tanpa bisa bergerak atau sekedar membuka mata.

06 Mei 2016
     Sejak malam, listrik mati. Dan karena listrik mati, aku menahan pipis --karena takut keluar, tidak ada cahaya. Setelah ayah datang, baru aku keluar. Dan listrik matinya lama sekali. Bahkan sampai subuh lewat pun belum menyala.

     Ayah menyalakan tungku untuk menanak nasi. Dan sampai pukul 05.00 ibu belum datang juga dari rumah nenek, tidak seperti biasanya yang suka pulang sebelum subuh, aku khawatir ada apa-apa. Perasaanku mulai aneh, pukiranku mulai liar --memikirkan sesuatu yang mungkin terjadi. Dan ketika setengah enam lebih, ibu pun datang. Dan mengatakan bahwa nenek telah tiada. “Inna Lillahi Wainna Ilai Raji'un". Ibu meminta ayah untuk membawa selang air, dan memintaku menyelesaikan menanak nasi, dan segera menyusul ke rumah nenek.

     Mungkin itu saja untuk hari ini, sebenarnya masih banyak hal-hal yang terjadi. Tapi, untuk sekarang tidak bisa diceritakan. Kita ceritakan kapan-kapan.

     Ah, semoga aku tidak mogok lagi menulis.

Bandung, 14 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar